Aku dulu punya band namanya FATROCKET, keren tapi langsung bubar
Tiga personel, baru punya empat lagu, cuma dua kali manggung lalu bubar~

Hasil bongkar-bongkar file lama di komputer sore hari jelang berbuka puasa, aku cukup kaget ketika menemukan satu folder yang langsung mengembalikanku ke memori 11 tahun lalu. Baru ingat, tahun 2009 aku sempat punya band proyekan namanya FATROCKET. Namanya keren ya?~
FATROCKET itu anggotanya cuma bertiga. Ada Fasius Paksi sebagai vokal sekaligus gitar, Bagoes Kresnawan pada drum, dan tentu saja aku di posisi bass nyambi suara latar.
Saat itu, aku masih menjadi member ILLEGAL MOTIVES dan additional bass player untuk Captain Jack. Bagoes masih menjadi drummer di band kesayangannya, DISPLAY. Kemudian Paksi lagi aktif-aktifnya ngeband bareng TABUNG. Dan ketiga band itu sekarang sudah bubar semua. Haha!
Lupa bagaimana mulanya, tapi yang jelas saat itu aku belum lulus kuliah. Aktivitas harianku sangat menyenangkan. Dolan, dolan, dan dolan! Latihan, latihan, dan manggung sana sini (panggung kecil semua sih).
Tahun segitu aku juga masih sering banget montoran bareng berdua ubyang-ubyung sama Bagoes. Meski sekarang, ya tetep aja satu band lagi di ALTER\EGO. Bedanya sekarang, kami berdua sudah resmi jadi bapak dan sibuk dengan pekerjaan harian masing-masing.
Lalu soal si Paksi, dulu aku kerap menemuinya di Flow Studio, studio musik yang masih satu kompleks perumahan bareng rumahku. Saat itu Flow menjadi rujukan baru untuk tongkrongan anak-anak band, khususnya Jogja utara. Saat itu Paksi dan Bagoes sangat sering nongkrong di sana. Ya apalagi aku.
Obrolan demi obrolan, singkat cerita, akhirnya aku dan Paksi jadi kerap menginap di rumahnya Bagoes yang saat itu berada di Jogja selatan, tepatnya di Jalan Pramuka. Ora nganggo suwe, kami bertiga akhirnya memutuskan untuk membuat proyekan band. Pas, karena membayangkan formasinya akan seperti Blink-182, MXPX atau Green Day. Mbois.
Nama FATROCKET aku yang pilih. Entah apa filosofinya. Tapi yang aku ingat saat itu cuma Bagoes dan Paksi yang bertubuh gemuk. Saat itu aku punya keyakinan band ini kariernya akan sukses melesat seperti roket dan rejekinya pasti gemuk-gemuk (kalau diseriusin, nyatanya ya nggak).

Sayang seribu sayang, lupa karena sebab apa, kami harus bubar jalan karena nirsemangat untuk melanjutkan FATROCKET. Selama beberapa bulan kami sempat menjajal dua panggung musik saja (seingatku demikian). Keren sih, tapi ya gitu. Pokoknya aku lupa kenapa, kok kami bertiga bisa sepakat memberhentikan band ini. Padahal saat itu kami terbilang grup pendatang baru di Jogja yang keren dan ‘niat’, karena bikin konsep manggung pakai sekuenser. Serasa band bule banget!
Tapi, selama berproses beberapa bulan lamanya, kami bertiga sempat membuat 4 lagu demo sendiri. Beruntung, keempat lagu itu masih terabadikan di akun SoundCloud-ku. Semuanya dibuat sesuai dengan referensi rungon-rungon kami pada saat itu, yaitu berkiblat pada The All-American Rejects dan Switchfoot. Pokoknya sound design ala American Rock gitu deh. Hasilnya? Ya nggak persis blas~
Nih, tak kasih link keempat lagunya sekaligus review tipis-tipisnya.
-
1. Aku Tak Tahu
Lagu ini bikinan Paksi sekaligus jadi agenda workshop perdana FATROCKET. Semua instrumen bass, gitar, vokal direkam di rumah Bagoes. Meski tak ada drum akustik, Bagoes bisa mengakalinya dengan memakai drum elektrik dengan mengambil sound midi dari EZ Drummer (software midi drum paling hits pada zamannya).
Dari lagu ini sampai ketiga lagu selanjutnya, proses mixing-mastering kami lakukan secara mandiri. Ya kalau nggak di rumahku, ya di rumahnya Bagoes. Pokoknya tugasku mixing-mastering, Bagoes dan Paksi yang cerewet kasih revisi sampai njengking-njengking!
Pokoknya yang penting punya karya dulu dan bisa dipamerkan ke teman-teman. Pikir kami waktu itu.. Simpel tapi memang benar adanya, ya kan?
2. Mengertilah Aku
Lagu ini juga ciptaan Paksi. Uniknya lagu ini sangat cepat proses pembuatannya. Suatu malam, Paksi menginap di rumah Bagoes sementara aku tak ikut karena sedang malas keluar rumah. Tiba-tiba Paksi mengirimkan demo rekaman mentahan lagu ini. Isinya cuma elemen gitar crunch dan vokal saja.
Karena pembuatannya sudah sesuai tempo lagu yang akurat, maka langsung aku tambahkan isian drum dan bass sekalian di rumahku sendiri. Oh iya, aku juga sedikit menambahkan sound kibord pad dan synthesizer lawasan.
Nah, lagu ini justru jadi tembang FATROCKET favoritku. Temponya pelan, lirik dan notasinya sederhana, tapi aransemennya terasa pas karena dibuat dengan spontan.
3. Cintamu Dusta
Lagu ketiga ini adalah buatanku, yang sudah aku buat jauh sebelum ada FATROCKET. Lagu ini rencananya akan aku rekam bersama bandku semasa SMA, namanya Papricka. Namun karena belum sempat direkam, maka aku presentasikan ke Bagoes dan Paksi hingga disepakati sebagai lagunya FATROCKET.
Berbeda dengan dua lagu milik Paksi tadi, lagu ini bertempo cukup cepat ala pop punk era 2000-an. Temanya? Ya apalagi kalau bukan soal remeh temeh percintaan anak muda yang penuh dengan pengkhianatan. *halah!
4. Terlalu Berharap
Nah, lagu terakhir ini sebenarnya kami rencanakan untuk direkam serius dan bakal dijadikan single pertama perkenalan FATROCKET ke khalayak luas. Seingatku lagu ini diwacanakan bakal dikirim ke radio-radio ternama sekaligus digarap video klipnya.
Demo sudah jadi dan siap masuk studio untuk rekaman serius, tapi lagi-lagi masalah klasik menerpa sebagian besar anak band ingusan: TIDAK ADA DUIT UNTUK REKAMAN!
Akhirnya, karena aku sayang dengan lagu ini, maka lagu yang juga aku ciptakan ini langsung diambil alih oleh ALTER\EGO untuk materi mini albumnya yang rilis pada 2011. Laguku ciptaanku kok. Bebas!
Tapi link SoundCloud lagu ini sudah yang versi ALTER\EGO ya. Versi demo FATROCKET-nya ternyata tidak sempat ku unggah dan file audionya pun sudah tak tersimpan. Sayang sekali ya.
—
11 Tahun berlalu, kini aku dan Bagoes masih ngeband bareng di ALTER\EGO. Sedangkan Paksi sudah tidak aktif ngeband lagi, karena sibuk menjadi tour guide (pemandu wisata) di Kampung Wisata Tamansari. Meski sudah tak lagi bareng-bareng di bawah bendera FATROCKET, hubungan kami bertiga masih selalu akan baik-baik saja.
Ya, begitulah..
Tapi jika memang ada waktu, rezeki, dan umur panjang, aku mau sih, merekam kembali secara serius semua lagu-lagu FATROCKET itu tadi. Ya, itung-itung bisa terabadikan di gerai digital, di YouTube, dan bisa jadi cerita untuk anak cucu kami kelak. Bagoes dan Paksi pasti akan sepakat dengan ideku ini~
Lumayan lah.. Tiga personel, cuma punya 4 lagu, baru manggung dua kali, terus bubar. Hikmahnya adalah; Ternyata kami sudah belajar produktif sejak 11 tahun lalu. Persahabatan tetap di atas segalanya. Kami bertiga akan selalu mengenangnya.

—
#31HariMenulis
9 Mei 2020