Cerita sedih rumah Sawitsari G8
Suatu saat mungkin bakal lebih sedih lagi, ketika aku ingat pernah membuat tulisan seperti ini~

RUMAH DIJUAL
Rumah luas dengan lingkungan asri, tenang dan nyaman di Perumahan Sawitsari, Condong Catur, Sleman, Yogyakarta (akses mudah dan sangat dekat dengan wilayah Ringroad Utara, Jalan Kaliurang, Jalan Gejayan). Investasi menarik di lingkungan strategis.
Cocok sekali untuk kos-kosan, guest house, asrama mahasiswa atau kantor dengan suasana keluarga
Luas tanah 500 m2
Listrik 4400 w + 2200 w
Air sumur dijamin bersih
Rumah di gang buntu, menghadap selatan
Spesifikasi:
10 Kamar tidur
2 Loteng (bisa untuk kamar/gudang)
5 Kamar mandi (2 kloset duduk, 3 kloset jongkok)
Ruang tamu
Ruang keluarga
Dapur + tempat cuci pakaian
Tempat jemuran di lantai 2 (dekat dengan loteng)
Halaman belakang luas
Taman + teras depan lebar dan nyaman
Garasi dan carport muat 2 mobil
Parkir di dalam muat 5–6 sepeda motor
DIJUAL Rp 6 miliar — nego
(Sekadar diketahui, daerah Sawitsari dan sekitarnya kini ada di kisaran harga Rp 8–10 juta per meter)
Info narahubung (Telepon, SMS, WhatsApp)
Harsha Tanjung 08568200089
Google Map: https://www.google.com/maps/@-7.757941,110.3889921,20.52z
—
Sejarah rumah Sawitsari G8

Rumah milik almarhum Prof Dr Shalihuddin Djalal Tandjung ini mulai dibangun tahun 1983 akhir dan ditempati mulai Januari 1985. Secara historis bisa disebut sebagai ‘rumah pertama’ milik pribadi dosen UGM di Sawitsari. Mengingat pada saat itu, tahun 80-an, dosen-dosen UGM mulai ditawari universitas untuk menempati rumah dinas di Perumahan Sawitsari yang sedang mulai tahap pembangunan itu.

Singkat cerita, sebenarnya almarhum Pak Djalal sudah ditawari juga untuk memilih menempati rumah dinas dosen di Sekip atau Bulaksumur , atau bisa juga memilih membeli lahan tanah untuk perumahan dosen baru yang lokasinya menjadi Perumahan Sawitsari sekarang ini.
Akhirnya, Pak Djalal memilih membeli, membangun, dan menetap di Sawitsari. Daripada menempati rumah dinas di Bulaksumur yang sudah disediakan UGM.
Alasan utamanya, agar nyicil ayem punya rumah sendiri untuk keluarga, tidak perlu pindah-pindah lagi ketika masa rumah dinas sudah habis. Alasan kedua, usai rumah Sawitsari jadi, Pak Djalal memang sudah merencanakan akan mengajak beberapa keponakan yang sudah lulus SD sampai dengan SMP di kampung (Padang, Sumatera Barat) untuk merantau ke Jogja melanjutkan kuliah. Impiannya berhasil, lebih dari 10 keponakan dari Padang akhirnya tinggal di rumah Sawitsari dan dibiayai Pak Djalal dari sekolah hingga kuliah, dan selesai semuanya tanpa terkecuali.

Rumah Sawitsari ini dulunya dibangun dengan biaya ‘paron’, uang tabungan Pak Djalal dan istri (almarhumah Harminani, berpulang Maret 1996). Almarhum Pak Djalal dan almarhumah Bu Harminani ini dulunya sama-sama berjuang menjadi dosen Fakultas Biologi UGM. Mereka dulunya kakak-adik angkatan sejak kuliah.

Jauh-jauh hari sebelum Pak Djalal berpulang pada 10 Maret 2019, beliau sudah berpesan agar nantinya rumah ini bisa dijual ketika sudah turun waris ke anak-anaknya. Dengan harapan agar ketiga anaknya yang masih ada (satu orang sudah berpulang tahun 2018) bisa memanfaatkan uang waris dari penjualan rumah Sawitsari G8 tersebut untuk keperluan keluarganya masing-masing.

Sedih nggak sih?
—
#31HariMenulis
Senin 4 Mei 2020