Menguak berapa kali manggung dalam sebulan dari 6 band top Jogja
Semua grup band nasional ini jarang masuk TV, tapi jadwal manggungnya ternyata tak pernah libur~

Kamu pernah dengar nggak, pertanyaan ringan dari teman atau saudaramu yang terheran-heran saat nonton TV, kemudian melihat salah satu grup band tiba-tiba nongol lagi. Mereka mengira band itu sudah bubar.
“Lho, mereka masih ada ya? Ini nih, lagu barunya? Kirain udah bubar, nggak pernah nonton di TV.”
“Bukannya band itu udah nggak jalan ya? Apa masih laku? Nggak pernah on-air di TV sih.”
Beberapa kalimat tanya penuh rasa penasaran seperti di atas memang nyata adanya. Apalagi buat orang yang ndak begitu paham soal musik dan dunia hiburan. Jadi ya nggak heran, pokoknya kalau ada grup band sudah nggak pernah muncul di TV lagi, berarti sudah diklaim bubar.
Tapi pertanyaannya, apakah memang seperti itu? Apakah band-band yang sudah tidak berseliweran di TV berarti sudah nggak laku atau malah sudah bubar? Ya belum tentu dong. Enam band dari Jogja ini contohnya.
Mereka ini adalah band besar, sudah menasional, dan tentu saja punya banyak penggemar. Namun sayang, beberapa dari grup band ini memang jarang muncul lagi di TV.
Keenam band ini sudah berjalan sendiri tanpa mayor label (perusahaan rekaman besar). Mereka berkarya dan mendistribusikan karyanya secara mandiri dan rata-rata sudah tak lagi menganggap TV sebagai media paling tepat untuk urusan promosi.
Namun siapa sangka jadwal off-air alias manggung di luar TV sungguh banyak dan jadwalnya masih super padat. Siapa saja mereka? Oke, aku kasih tahu jawabannya ya.
Eh iya, wawancara ini sebenarnya sudah aku lakukan setahunan lalu ya. Tapi situasinya tentu tak akan banyak berubah. Mereka masih tetap banyak manggung, meski kini terpaksa harus total meliburkan diri gara-gara wabah virus corona Covid-19.
Yuk mari cek satu per satu, siapa saja mereka dan berapa biasanya jumlah manggungnya dalam sebulan~
1. Letto

Band Jogja yang memulai kariernya dengan album ‘Truth, Cry and Lie’ (2005) ini dulunya bernaung di Musica Studio’s. Namun kontraknya berakhir pada album keempat mereka ‘Cinta …Bersabarlah’ (2011). Mereka memutuskan untuk pisah dari Musica sejak 2014 silam.
Letto yang sudah berjalan secara mandiri ini juga sangat sering diisukan bubar atau nggak laku lagi, lantaran sudah tak pernah tampil di TV. Menurut mereka, manggung di TV sudah tak seefektif dulu.
“Beberapa kasus, memang kami menolak (undangan manggung dari TV) dengan halus,” kata Agus Riyono, gitaris Letto.
Kini, band yang resmi beranggotakan enam personel ini mengaku bebas ketika tak ikut perusahaan rekaman besar. Alasannya, strategi promo yang mereka lakukan sendiri terbukti efektif dan jadwal manggungnya bisa dibilang tak pernah berhenti.
Diakui Patub, Letto pernah menerima langsung 11 undangan manggung dalam waktu sebulan.
“Untuk data top dan bottom, kalau untuk top-nya kami pernah dalam sebulan ada 11 kali main. Bottomnya satu kali pentas juga sudah pernah. Ini adalah statistik kami sendiri sejak kita nggak pernah punya single/album lagi dengan Musica, kira-kira mulai pertengahan 2014,” imbuh pria yang akrab disapa Patub ini.
2. The Rain

Empat pemuda paruh baya yang dulunya bernama No Rain ini juga bisa dibilang jadwal manggung off airnya selalu ada. Meski memang, terkadang The Rain masih mau memenuhi undangan acara musik beberapa stasiun televisi, jika jadwal mereka masih memungkinkan untuk datang.
“TV masih sering kok, ngundang The Rain. Dan sebenernya kita nggak pernah nolak kalau empat personel masih available. Kami berusaha jaga hubungan baik dengan media apa pun. Cuma memang masalahnya, di luar The Rain masing-masing personel juga ada pekerjaan lain (non musikal), yang jadi kendala kenapa kita jarang nongol di TV. Biasanya harus diatur jauh-jauh hari sebelumnya, biar kami sempat izin ke kantor masing-masing,” ujar Iwan Tanda, gitaris The Rain.
Menurut Iwan, kesibukan masing-masing personel tidak membuat The Rain stop berkarya dan menolak undangan manggung dari mana saja. Justru saat weekend, hampir semuanya disikat habis oleh mereka.
“Kalau off-air rata-rata 1–2 kali tiap weekend (sekitar 4–8 panggung dalam sebulan),” kata dia.
3. Sheila On 7

Band legendaris idola generasi 90an ini jangan ditanya. Sheila On 7 memang sudah jarang terlihat di TV, namun siapa sangka jadwal panggung off-airnya juga tak pernah habis.
“Off-air rata-rata 1–2 kali tiap weekend. Bisa ditambah jadwal-jadwal lainnya yang ada di weekdays,” kata Adam Subarkah, bassis Sheila On 7, merangkap manajer.
Selain itu, pengalaman padatnya jadwal manggung mereka juga diceritakan Tomo Widayat, additional gitar sekaligus kibor Sheila On 7. Tomo mengungkapkan jadwal mereka selalu padat selama sebulan.
“Selama aku ikut mereka, udah pernah 12 kali manggung dalam sebulan,” ujar Tomo.
Namun menurut Adam, semakin ke sini Sheila On 7 memang mulai membatasi untuk tampil di TV. Alasannya, zaman sekarang acara musik di TV kualitasnya bisa dibilang sudah tak sebagus dan seramai dulu.
“Intinya kita sebagai musisi juga harus selalu berusaha memilih acara TV yang pas untuk perform. Baik secara konsep acara, dealing, waktu dll. Lagian pilihan acara musik di TV yang bagus/sesuai memang tidak banyak,” imbuh Adam sembari terkekeh.
4. Shaggydog

Band ska legendaris asal kota gudeg ini diam-diam juga masih punya jadwal padat. Meski dari awal karier sampai sekarang, berkomitmen menjadi band indie (bekerja mandiri tanpa perusahaan rekaman besar yang mainstream), nyatanya band yang sudah berusia 22 tahun ini tetap bersinar meski sangat jarang tampil di TV, seperti rekan-rekan musisi Jogja lainnya.
“Pada dasarnya TV memang sebagai salah satu pemicu ketenaran, karena cakupannya luas. Awam indonesia mana yang tidak melihat TV? Bagaimana pun itu adalah tolok ukur (sebagian masyarakat). Buat Shaggydog, TV itu salah satu medium dari banyak medium promosi yang ada dengan masing-masing varian konsumennya. Jadi bukan kita yang menanti undangan TV, tapi ada saatnya kita menggunakan TV sebagai medium promosi. Pilihannya berada di kita,” kata Satria Hendrawan, drummer Shaggydog.
Namun, meski Shaggydog jarang tampil di layar kaca, Yoyok, sapaan akrab drummer Shaggydog ini mengatakan bahwa sampai saat sekarang jadwal manggung off-air-nya masih selalu ramai. Bahkan selain di Indonesia, Shaggydog pernah bikin ‘heboh’ jagat musik Tanah Air karena bisa turut memeriahkan event musik internasional SXSW di Amerika pada 2016 silam.
“Sekarang rasionya antara 6 sampai 8 kali per bulan atau bahkan lebih kecil dari itu, yang sebenarnya ada kesengajaan kita menguranginya dari 8 sampai 10 kali per bulan. Kenapa? Kita mencoba mengejar kualitas dari pada kuantitas, baik itu dari segi performa, mau pun penghasilan,” ujar Yoyok.
5. Jikustik

Band ini sering disebut-sebut satu angkatan dengan Sheila On 7. Setelah ditinggal Pongki Barata dan Mirza ‘Icha’ Hakim, band ini memang sempat meredup dan kerap dikira masyarakat bubar jalan. Apalagi ketika semakin jarang on-air di TV.
Padahal justru sebaliknya. Setelah Jikustik diperkuat oleh vokalis barunya, Brian Prasetyoadi, Jikustik tetap bisa bertahan dan berkarya tanpa menghilangkan benang merah musiknya. Jadwal manggung off-air-nya pun semakin deras kembali.
Dalam sebulan, mereka rata-rata masih mendapatkan empat sampai lima kali jadwal manggung.
Menurut Adhitya Bhagaskara, pemain kibord Jikustik, mereka jarang muncul di layar kaca bukan karena menolak atau bukannya tidak diundang, namun Jikustik selalu melihat efektivitasnya. Selain biaya produksinya tinggi, Jikustik memang sudah mantap melakukan strategi promonya dengan cara mereka sendiri.
“Karena kita sekarang mandiri untuk promonya. Sering tanpa label dan sponsor, kita pilih media yang lebih cepat viral dan masuk akal di segi ekonomi,” kata Adhit, sapaan akrabnya.
Selain tak efektif untuk promo di zaman sekarang, Jikustik pun juga merasa kecewa karena beberapa acara musik TV sudah tak seperti dulu lagi.
“Dan ada sedikit kekecewaan kami dengan TV sekarang. Acara musik bukan murni musik, tapi lebih ke acara hiburan campuran yang kehilangan tujuan. Jadi lebih baik kami pilih media lain dulu saja,” tutup Adhit yang juga berprofesi sebagai produser musik ini.
6. Endank Soekamti

Trio ‘pop-punk’ yang banyak berinovasi dalam berkarya ini termasuk ‘junior’ bila dibandingkan band-band Jogja yang sudah disebutkan di atas. Namun Endank Soekamti bisa dikatakan band yang paling produktif daripada kelima band di atas.
Endank Soekamti memang hampir bisa dibilang ogah main di TV sejak memutuskan untuk bekerja mandiri di label rekamannya sendiri, yakni Euforia Record dan media digital milik mereka lainnya. Bagi Erix, Dori dan Tony, manggung di TV justru malah bikin rugi Endank Soekamti.
“Bukannya menolak, bukan masalah tidak mau atau nggak ada yang ngundang main di TV, karena posisi Endank Soekamti sendiri. Di mana posisi kita di daerah, itu membutuhkan transportasi akomodasi yang besar dibandingkan kalau kita ada di Jakarta,” ujar Erix.
Erix memaparkan bahwa stasiun televisi kebanyakan tak pernah akan mau rugi dan selalu memberikan reward yang sebenarnya sangat kurang untuk band daerah seperti Endank Soekamti.
“Karena TV-TV itu juga nggak mau rugi. Biasanya TV hanya bisa memberikan kita uang saku sekitar Rp 500 ribuan, kalau nggak salah. Nah, kalau biaya segitu kita gunakan untuk biaya produksi, transportasi, akomodasi, dari Jogja menuju Jakarta lalu sewa hotel, ya menurutku nggak worthed aja. Jadi mendingan fokus memberdayakan apa yang kita miliki. Media digital kita udah punya sendiri,” kata dia.
Soal jadwal manggung off-airnya, tentu Endank Soekamti ini bisa disandingkan dengan band seniornya, Sheila On 7. Dalam sebulan mereka bisa belasan kali berpindah-pindah kota untuk manggung. Namun, belum lama ini mereka sudah memutuskan untuk membatasi dan lebih selektif untuk memilih undangan manggung.
“Dalam sebulan kami hanya membatasi off-air maksimal 13 event. Pertimbangannya ya masalah kesehatan, masalah kesibukan di luar band, waktu untuk keluarga, dan lain-lain. Memang sepertinya maksimal cuma bisa segitu. Kalau lebih ya, bakal mbrodol (badan remuk, tidak sehat),” imbuh Erix menutup perbincangannya.
—
#31HariMenulis
Kamis 7 Mei 2020
—
*Tulisan ini sudah mengudara di brilio.net dengan penulis yang sama~