Rokok yang sehat dan menentramkan
Yang tidak merokok, antitembakau dan sejenisnya, dilarang baca. No debat~
Sudah 20 tahun menjadi ahli hisap, tentu aku sudah gonta-ganti merek rokok. Dari kretek filter, rokok putihan filter, sampai kretek murni atau tingwe (ngelinting dewe) sudah pernah aku coba semuanya.
Tapi siapa sangka, perkenalanku dengan rokok justru dimulai dengan mengonsumsi Djeruk, Bentoel dan Ardath. *wah, konangan umurku ki~
Jadi dulu, ketika SMP, rokok pertamaku adalah Sampoerna A Mild, dengan variasi Star Mild sampai LA Mild. Rokok 'rakyat' seperti Djeruk dkk itu hanya aku jadikan variasi. Kebetulan pembantuku (ART) dulu laki-laki, asal Temanggung dan perokok berat. Namanya Sawal (almarhum). Merek rokoknya yang antik-antik itu sering aku palak ketika di rumah kehabisan stok. Ya salah satunya Djeruk itu. Rasanya wagu bikin pusing.
Bahkan pernah juga aku dilintingkan rokok kastem khas Temanggung oleh Sawal, yaitu rokok menyan. Ya, isinya tembakau, cengkeh, dan ditambah menyan! Langsung nggliyeng karena perpaduan aroma pembakaran dan cita rasanya yang unik. Kalau sedang merokok itu, seketika tiba-tiba bulu kuduk merinding. Ya namanya juga membakar menyan. Konon katanya ‘mengundang’ mereka yang tak kasat mata.
Dilanjutkan ketika duduk di bangku SMA, aku mulai mencoba-coba rokok putihan filter seperti Marlboro Merah/Putih, Pall Mall, sampai Kansas. Zaman segitu, rasanya kalau ngerokok putihan udah paling yoi pokoknya. Sugih. Nggaya.
Sampai berstatus mahasiswa pun aku masih mencintai rokok putihan. Favoritku adalah Kansas Menthol dan Pall Mall Merah. Kalau pas lagi ada duit jajan lebih, ya tentu Marlboro Merah. Favorit!
Seingatku lagi, zaman KKN aku mulai menjajal menikmati kretek murni seperti Dji Sam Soe dan Gudang Garam Merah. Oh iya, FYI, sejak puluhan tahun lalu aku juga nggak pernah cocok sama rokok-rokok karya Djarum. Pokoknya aku Tim Garpit! (sebutan untuk pecinta rokok Gudang Garam). Rokok Gudang Garam favoritku adalah Signature (warna hitam). Merek ini bertahan aku konsumsi sampai 2018.
Nah, tapi di tulisan ini aku akan membagikan pada kalian merek rokok 'baru' yang belakangan hits dan mulai banyak dikonsumsi tua muda. Bukan karena rasanya saja, tapi dipercaya punya khasiat kesehatan yang nyata adanya. Lho, kok sehat? Bukannya rokok itu membunuhmu?
Sabar. Jangan emosi. Tunggu. Baca dulu saja tulisan ini sampai selesai.
Rokok itu adalah rokok obat Sehat Tentrem (ST). Rokok ini murni kretek dan isi setiap variannya cuma berisi 12 batang.
Dilansir dari bolehmerokok.com, rokok Sehat Tentrem adalah rokok obat yang diproduksi Pondok Pesantren Majma’al Bahroin Shiddiqiyyah di Jombang dan dibungkus layaknya rokok pada umumnya. Bedanya pada bungkus ST tanpa tertempel gambar mengerikan dan tanpa cukai. Kalimat peringatan 'Merokok Membunuhmu' diganti dengan kalimat provokatif yang bikin pembacanya bakal tersenyum: 'PERHATIAN: ROKOK INI DAPAT MENIMBULKAN KESEHATAN'.
Bahkan peringatan pada promosi produknya di fanpage Facebook tertera lebih blak-blakan lagi: "Merokok ST Dapat Menimbulkan Kesehatan, Mengandung Anti Oksidan, Melawan Radikal Bebas, Meningkatkan Imunitas, Stamina Dan Vitalitas Tubuh, Baik Bagi Ibu Hamil dan Janin, Serta Ramah Lingkungan".
Lebih jauh, yang membuat ST menarik diamati ialah, selain dikonsumsi secara konvensional yaitu dibakar, ST juga bisa dikonsumsi dengan cara diseduh dan diminum layaknya jamu. Dari testimoni yang berhasil dilacak, rokok karya KH Muhammad Muktar Mukti, mursyid tarekat Shidiqiyah ini, konon diklaim mampu menyembuhkan beragam penyakit. Mulai yang ringan hingga berat. Dari sakit gigi, flu, asma, diabetes, TBC hingga sakit jantung. Abunya bahkan bisa jadi obat oles luka, lecet-lecet atau iritasi kulit, mengobati gatal-gatal, jerawat, bahkan akibat serangan tomcat. Selain itu, ST dapat jadi kompres seandainya ada tubuh kita yang bengkak. Singkat kata, ST adalah obat bagi semua gangguan kesehatan.
Nah, sampai sini kamu percaya?
Oke, akan ku bagikan pengalamanku ya.
Aku mulai mengonsumsi ST ini sejak akhir 2017. Ketertarikanku pertama kali karena Mas Indra Q (kibordis BIP, Slank F13). Tahun segitu aku memang sudah follow akun Instagramnya dan mulai mengamati Mas Indra sering terlihat di Jombang, sembari bekerja membuat lagu, mixing dan mastering dari sana.
Belakangan aku mulai paham, Mas Indra saat itu memang sering banget nongkrong di 'markas' rokok Sehat Tentrem dan mulai memperkenalkan merek-merek rokok ST di feed dan stories Instagramnya. Aku pun penasaran. Rokok apaan sih itu?~
Jadi, FYI lagi nih ya, sejak 2016 aku terakhir sakit asam lambung akut, lalu aku mulai memilih 'pindah agama' ke kretek murni. Pada saat itu aku mulai mencintai Dji Sam Soe, namun masih tetap diselingi Gudang Garam Filter atau Signature sesekali.
Lalu setelah melihat Mas Indra terus menerus memamerkan rokok ST-nya, aku mulai mencarinya. Tahun 2016 akhir, seingatku kalau di Jogja rokok ST cuma dijual di TOBEKO (toko khusus tembakau eceran dan menjual rokok limited edition). Sekarang sih, ST sudah mulai banyak dijual di toko-toko tembakau baru yang belakangan juga mulai muncul di Jogja.
Aku pun mulai mencoba ST varian Raos Ngeten Puron (RNP), Raos Ngeten Mawon (RNM), Merah Putih dan Raos Paling Eco (RPE). Dari empat tipe itu juga diklaim tidak sembarang nama saja. Semuanya punya khasiat kesehatan berbeda-beda.
Sejak saat itu, sampai saat ini, aku sudah mengonsumsi ST. Tidak lagi rokok biasa. Gudang Garam kadang-kadang kalau pas lagi kangen aja~
Efeknya buat aku?
Oke. Percaya tidak percaya, aku sudah tiga tahunan ini sudah jarang sakit, bangun pagi tidak sesek, dan tentu saja sudah tak perlu minum obat kimia lagi kalau lagi ambruk. Asam lambung? Sudah tidak pernah. Ya terakhir tahun 2016 itu. Good bye obat flu, good bye Tolak Angin dkk.
Obatnya apa? Ya selain ST itu tadi, sebenarnya aku punya beberapa 'tips hidup sehat'. Tapi bakal aku bagikan di tulisan berikutnya ya.
Nah, kalau rokok ST favoritku sekarang adalah Raos Ngeten Mawon (RNM) dan Blokosutho Alastu. Masing-masing ada di harga Rp 20 ribu dan Rp 30 ribu per bungkus. Alasannya? Ya cocok aja. Varian lainnya kadang malah bikin nafsu makan hilang dan boros kayak sepur.
Ada juga Matur Suwon di harga Rp 15 ribu (tapi jarang masuk Jogja). Matur Suwon ini enak. Enteng, gurih dan tentu saja murah meriah. Aku baru sempat membeli dan mencobanya awal tahun 2020.
Selain varian-varian yang ku sebutkan di atas, aku juga ingin sekali mencoba ST kelas wahid, namanya Syifaa. Harganya? Mahal sekali! Konon Syifaa ini bisa menyembuhkan kanker juga. Tapi ya sampai sekarang belum kesampaian beli.
Jadi gimana? Apakah kamu masih merokok? Sudah pernah coba ST? Atau belum pernah dan penasaran sama rokok obat ST? Silakan dicoba. Kalau emoh ya ndak papa.
Kalau kamu masih penasaran, sila googling dengan kata kunci ROKOK OBAT SEHAT TENTREM, atau paling dekat bisa kepoin akun Instagram @indraqadarsih saja.
FYI, beberapa teman-teman band Jogja juga sekarang sudah banyak yang mengonsumsi ST. Dari sebagian personel band nasional sampai band lokal semuanya kompak dan sudah mengamini ST ini memang beda. Semuanya juga nggak ada masalah. Sehat-sehat dan bahagia saja.
Di luar itu sugesti atau bukan, aku sih memang percaya rokok buatan pondok pesantren ini nggak main-main saat proses pembuatannya. Dengan tembakau, cengkeh dan jinten terbaik, tentu saat pengemasannya sudah dibacakan doa-doa kebaikan oleh para kiai dan santrinya. *hmmm, abot ki nek meh dibahas tenan~
Selain itu, di luar pro kontra rokok sehat atau tidak, aku selalu ingat, percaya, dan memegang pernyataan yang pernah disampaikan Cak Nun/Mbah Nun di suatu Maiyahan: "Sehat atau tidaknya dirimu bukan karena apa yang kamu makan dan kamu minum, tapi bagaimana kamu bisa mengenal dirimu sendiri". Kira-kira begitu.
Maksudnya gimana? Ya jadi memang ada orang yang bisa merokok dan tidak. Dan di tulisan ini aku juga tidak menyarankan kamu untuk jadi perokok seperti aku. Santai saja. Oke? Aku merokok dan aku tahu batasku. Ketika malas, aku bisa saja berhenti tak mengonsumsinya sama sekali.
Tapi kalau kamu misalnya mau diskusi soal rokok dan kesehatan, dengan senang hati akan ku ladeni kepada siapa saja yang mau. Ketemuan aja, mari. Ngobrol sambil guyon. Asyik, kan?
Tetap hidup sehat tanpa obat kimia. Sing penting bahagia, sehat dan tentrem selalu!
—
#31HariMenulis
Selasa 12 Mei 2020