Satu lagu paling oke, langsung nyantol, di album ketiga BARASUARA ‘Jalaran Sadrah’

Kalau boleh kasih nilai, aku bakal keluarkan nilai 99 untuk lagu ini. Berandai-andai pula lagu ini bukan lagunya BARASUARA, tapi lagunya ALTER\EGO, band-ku. Cocok! :))

Agib Tanjung
2 min readJun 22, 2024

Album studio ketiga Barasuara ini termasuk yang aku tunggu-tunggu sejak mereka memperkenalkan ‘Fatalis’, single pertama, lagu perkenalan, yang digadang-gadang akan masuk ke dalam album baru mereka yang akhirnya baru saja rilis kemarin, Jumat 21 Juni 2024 via gerai musik digital.

Sudah bisa aku duga dari single kedua (‘Merayakan Fana’) dan ketiga (‘Terbuang Dalam Waktu’) yang mereka lepas sesudah ‘Fatalis’, album bertajuk ‘Jalaran Sadrah’ ini terasa semakin emosional daripada album ‘Taifun’ dan ‘Pikiran dan Perjalanan’. Secara pola aransemen, sound design, dan tentu saja lirik-liriknya.

Oke. Dari 9 lagu yang dipamerkan ‘Jalaran Sadrah’, hanya satu judul yang bikin aku langsung mantap memutuskan untuk jadi tembang favorit baru dari Barasuara, judulnya ‘Etalase’. Track nomor dua. Auto nyantol! Banget.

Secara umum, ‘Etalase’ ini sangat emosional, bertenaga, dan candu!

Btw, lagu ini sebenarnya sudah mereka bocorkan beberapa bulan lalu lewat intimate showcase. Namun versi utuhnya tentu saja baru bisa lebih terasa dari rilisan album digitalnya.

‘Etalase’ jadi yang paling segar ketimbang 8 lagu lainnya, menurutku. Lagu lainnya cukup bisa dinikmati lebih dalam ketika sudah mendengarkannya lebih dari dua kali. Menurutku demikian. Eh, kecuali ‘Terbuang Dalam Waktu’ juga, ding. Itu aku nobatkan sebagai lagu kedua favorit di ‘Jalaran Sadrah’.

FYI, saat kemarin aku mendengarkan pertama kali lagu-lagu di ‘Jalaran Sadrah’ via Spotify lalu pindah ke YouTube untuk menikmati video liriknya, aku langsung membatin, “Visualnya sepertinya aku sangat akrab”. Aku pun menduga sosok ini yang merancang hampir semua konsepnya. Ternyata, eh ternyata..

Terakhir, surprise ‘Etalase’ di beberapa part lumayan banyak. Modulasinya enak semua, bikin aransemennya terasa semakin menyala-nyala sampai akhir lagu. Soal lirik jangan ditanya. Hampir pada setiap paragraf mengandung pesan menohok, bikin senyum-senyum sendiri. Sering merasakan setiap hari? Relate nggak tuh? Haha!

* * *

“Sering kita merasa jumawa. Menilai semua berdasar angka. Begitu rendah harga manusia. Dan kita berlomba untuk membelinya.”

“Benar sedikit menjadi hakim. Mendadak jadi si paling alim. Punya wawasan gagah-gagahan..”

“Bagai katak dalam tempurung. Merasa besar padahal tanggung.”

Agib Tanjung
Besi Jangkang, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta
Sabtu 22 Juni 2024
13:53 WIB

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

Agib Tanjung
Agib Tanjung

Written by Agib Tanjung

budak korporat sebagai penyunting teks, pengampu tim media sosial dan video. kadang menjelma menjadi rockstar saat akhir pekan.

No responses yet

Write a response