Toko tembakau berusia 100 tahun
Adalah Wiwoho, toko khusus tembakau dan rokok yang ada di Jogja sejak tahun 1919~

Tak banyak toko tembakau yang bertahan di era industri rokok seperti sekarang. Tapi di Yogyakarta ada satu toko tembakau yang tetap istikamah berjualan selama 101 tahun atau seabad. Tak cuma bertahan, tapi toko yang berada di Jalan Pangeran Diponegoro ini masih punya banyak pelanggan setia. Letaknya persis di perempatan Tugu Jogja. Tokonya menghadap ke selatan.
Toko Wiwoho namanya, berupa bangunan tua yang tak banyak direnovasi sejak didirikan pada tahun 1919 silam. Di toko kecil itu masih dipenuhi dengan toples berisi tembakau dan cengkeh beserta nama-namanya. Ada tembakau Paiton, tembakau Boyolali, dan tembakau lokal lainnya. Tembakau sendiri lebih sering disebut dengan nama mbako, sebagaimana lazimnya masyarakat Jawa mengucapkannya.
ME Setyowati adalah pengelola toko tersebut. Usianya kini sudah 78 tahun. Ia mengelola Toko Wiwoho dibantu anaknya. Setyowati adalah generasi kedua penerus bisnis keluarga tersebut. Usaha ini awalnya dirintis oleh Tan Kwi Wa dan suaminya Hyiap Ho Tiek pada tahun 1919.
"Tan Kwi Wa itu mertua saya. Anaknya yang (almarhum) Pak Wiwoho itu suami saya," ujar Setyowati ketika aku temui akhir 2018 lalu.

Hingga kini Toko Wiwoho tetap mempertahankan keautentikannya yang dapat dilihat dari bentuk bangunan yang tidak berubah, kecuali renovasi pintu geser besinya. Alat yang digunakan pun juga peninggalan dari generasi pertama. Salah satunya toples bejana kaca untuk wadah tembakau.
Sudah satu abad, toko ini masih menyediakan kebutuhan tembakau warga Jogja dan sekitarnya. Di Toko Wiwoho tersedia berbagai macam tembakau lokal yang kebanyakan berasal dari wilayah Jawa Tengah, seperti Boyolali dan Temanggung, hingga tembakau pabrikan seperti tembakau Djarum dan Sampoerna.

Usaha ini memang sudah tua, namun menurut cucu pemilik toko yang membantu berjualan, Yohanes Steven Nugroho, peminat tembakau di toko keluarganya tak pernah sepi, bahkan pembeli juga ada yang berasal dari kalangan milenial.
"Pembelinya ya kira-kira umur 20-30 tahunan. Kalau generasi seperti mereka biasanya lebih suka tembakau yang sudah diramu dengan bumbu lainnya, misal tambahan cengkeh. Kalau tembakau murni sampai sekarang masih disenangi kalangan tua," ujar Steven.
Toko Wiwoho buka pukul 08.00-14.00 dan dilanjutkan pada sore hari jam 17.00-20.30. Menurut Steven, biasanya pengunjung paling banyak datang di sore hingga malam hari. Selain warga Yogyakarta, wisatawan domestik hingga mancanegara banyak berkunjung ke tokonya.

Sementara itu, Setyowati mengatakan bahwa ia dan keluarganya tetap mempertahankan toko hingga saat ini. Selain karena warisan keluarga juga karena keterbatasan modal mau pun kemampuan untuk beralih pada usaha lainnya.
"Ya kami tetap bisa bertahan karena sekarang nggak ada saingan, hampir nggak ada lagi yang mau jual tembakau seperti kita," tutup Setyowati.

--
#31HariMenulis
Selasa 26 Mei 2020
--
*Tulisan ini pertama kali mengudara di brilio.net dengan penulis yang sama~